-->
Loading...

Kenapa Burger dan Makanan Cepat Saji Dikategorikan Sebagai Junk Food?


45News id - Burger dan makanan cepat saji sering kali dianggap sebagai junk food, meskipun secara kasat mata mereka terdiri dari bahan-bahan bergizi seperti roti, daging, sayuran, saus, dan acar. Pandangan ini muncul bukan semata karena komposisinya, tetapi karena cara pengolahan dan kandungan tambahan yang digunakan dalam industri fast food. Menurut National Nutrition Council Filipina, istilah “junk food” merujuk pada makanan yang tinggi kalori namun rendah nutrisi penting seperti serat, vitamin, dan mineral. Makanan cepat saji umumnya mengandung kadar gula, garam, dan lemak yang sangat tinggi, serta tambahan bahan pengawet dan perasa buatan yang membuatnya terasa enak namun berisiko bagi kesehatan.

Popularitas makanan cepat saji tidak lepas dari kepraktisannya. Banyak orang memilih fast food karena tidak perlu memasak, tidak perlu mengantri lama, dan harganya relatif terjangkau. Restoran besar seperti KFC dan McDonald's menawarkan menu yang cepat disajikan dan kompetitif secara harga, terutama di luar negeri. Namun di balik kecepatan penyajiannya, proses produksi makanan ini sering kali dilakukan di pabrik, bukan di dapur restoran. Restoran hanya melakukan finishing seperti menggoreng atau memanaskan makanan sebelum disajikan. Proses ini membuat makanan lebih tahan lama, tetapi juga membuka ruang bagi penggunaan bahan kimia tambahan.

Salah satu bahan yang sering digunakan adalah MSG (monosodium glutamate), yang berfungsi sebagai penguat rasa. Menurut Medical News Today, konsumsi MSG dalam jumlah besar dapat memicu efek adiktif dan berpotensi mengganggu fungsi otak, termasuk daya ingat. Selain itu, kandungan natrium dan gula yang tinggi dalam makanan cepat saji dan makanan beku (frozen food) dapat meningkatkan risiko diabetes, obesitas, dan penyakit jantung. Studi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat UIN Sumatera Utara juga menunjukkan bahwa konsumsi junk food secara berlebihan dapat menyebabkan gangguan gizi pada remaja, termasuk overweight dan obesitas.

Contoh lain dari makanan yang sering dikonsumsi masyarakat adalah bakso murah. Meski terlihat mengandung daging, banyak produsen menambahkan tepung dalam jumlah besar untuk menekan biaya produksi. Untuk menutupi kekurangan rasa, mereka menambahkan MSG dan garam dalam jumlah tinggi. Hal ini menyebabkan ketidakseimbangan gizi, di mana makanan yang tampak sehat justru menjadi junk food karena dominasi bahan kimia dan minimnya kandungan nutrisi alami.

Memasak sendiri menjadi solusi yang lebih sehat. Dengan memasak di rumah, kita bisa mengontrol bahan yang digunakan, mengurangi penggunaan pengawet, dan menyesuaikan kadar garam serta gula sesuai kebutuhan. Burger buatan sendiri, misalnya, bisa jauh lebih sehat dibandingkan yang dibeli di restoran cepat saji. Namun, tantangan lain muncul dari persepsi makanan sehat yang sering kali dibanderol dengan harga tinggi, padahal tidak selalu menjamin keseimbangan gizi.

Kesimpulannya, makanan cepat saji dan jajanan tidak selalu berbahaya karena bahan dasarnya, tetapi karena cara pengolahan dan ketidakseimbangan antara gizi dan bahan kimia yang digunakan. Konsumsi makanan cepat saji sebaiknya dilakukan secara bijak dan tidak berlebihan. Kesadaran gizi menjadi kunci utama dalam menjaga kesehatan, dan penting bagi kita untuk memahami apa yang kita makan. Yuk, bagikan pendapatmu dan diskusikan bersama: apakah kamu masih sering makan fast food, dan bagaimana kamu menjaga keseimbangan gizimu?(JS)


Belum ada Komentar untuk "Kenapa Burger dan Makanan Cepat Saji Dikategorikan Sebagai Junk Food?"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel