Pentas Seni Mahasiswa Sidoarjo: Panggung Ekspresi dan Kolaborasi Antargenerasi
45news.id - Di tengah denyut kehidupan urban Sidoarjo, Sabtu 2 Agustus 2025 sebuah pentas seni yang digelar oleh organisasi mahasiswa Gedhek menjadi momen berharga yang menghadirkan semangat kreativitas dan keberagaman budaya ke ruang publik. Berlangsung di pusat kegiatan masyarakat yang ramai, acara ini bukan sekadar hiburan, melainkan perwujudan aspirasi mahasiswa dalam menjembatani seni, identitas, dan kehidupan sosial. Dalam suasana yang hangat dan penuh antusiasme, panggung tersebut menjadi medium dialog antar generasi, mempertemukan semangat muda dengan kearifan lokal melalui berbagai bentuk pertunjukan: mulai dari tarian tradisional yang melenggok anggun, musik kontemporer yang menyuarakan keresahan zaman, hingga teater modern yang membentangkan narasi kehidupan.
Widya Kumala, sebagai ketua pelaksana, mengatakan bahwa ini tidak sekadar menginisiasi pertunjukan, namun meletakkan pondasi pemikiran bahwa seni adalah jalan untuk memaknai keberagaman. "Acara ini merupakan ruang ekspresi mahasiswa terhadap identitas budaya yang majemuk, sekaligus sebagai sarana untuk membangun harmoni sosial. Dalam konteks pendidikan tinggi yang sering kali terjebak dalam tuntutan akademik formal, kehadiran pentas seni semacam ini menjadi terapi sosial dan spiritual, menyalurkan bakat yang sering terpinggirkan dan memulihkan koneksi antar manusia, " terang Widya.
Pentas seni yang diselenggarakan oleh organisasi mahasiswa Gedhek tidak hanya berdiri sebagai ajang hiburan atau pertunjukan temporer, melainkan merepresentasikan fenomena sosial-budaya yang kompleks dalam konteks generasi muda. Di satu sisi, acara ini menjadi medium penyaluran ekspresi artistik mahasiswa yang merupakan generasi yang berada di persimpangan antara tradisi dan globalisasi. Melalui pertunjukan tari tradisional, musik daerah, serta teater yang menyisipkan narasi kontemporer, para peserta mengekspresikan pencarian identitas mereka di tengah pluralitas budaya. Mereka tidak sekadar menjadi pelaku seni, tetapi juga menjadi aktor dalam proses konstruksi budaya yang bersifat partisipatif, menyuarakan keberagaman sebagai kekayaan, bukan tantangan.
Nilai penting yang mengemuka dalam acara ini adalah terciptanya interaksi lintas generasi, yang bukan sekadar pertemuan fisik antar individu, melainkan transfer nilai dan pemahaman budaya. Kehadiran orang tua dan anak-anak sebagai penonton tidak hanya mencerminkan dukungan moral, tetapi juga menunjukkan keterhubungan sosial yang melampaui batas usia. Mahasiswa sebagai penggagas dan pelaksana menyadari bahwa seni bisa menjadi jembatan untuk mencairkan kesenjangan nilai antara generasi lama dan baru. Pentas seni ini menjadi ruang di mana narasi lama diwariskan, ditafsir ulang, dan dipresentasikan dengan cara yang lebih segar dan relevan untuk generasi saat ini. Bahkan, penggunaan elemen teater modern yang mengangkat isu-isu sosial menunjukkan keberanian mahasiswa untuk menyampaikan kritik terhadap realitas melalui cara yang estetik namun reflektif.
Penampilan kolaboratif sebagai penutup acara memuat simbolisme yang dalam: bahwa seni adalah ruang untuk merayakan kebersamaan dan menyatukan perbedaan dalam harmoni. Dalam era yang sering ditandai oleh fragmentasi sosial dan polarisasi nilai, kolaborasi lintas individu dan genre menjadi pesan penting bahwa kesatuan tidak harus seragam, tetapi bisa terwujud dalam keberagaman yang saling melengkapi. Pentas seni ini bukan hanya tentang menampilkan karya, tapi tentang menghadirkan harapan bahwa generasi muda mampu mengambil peran aktif dalam menjaga, menyampaikan, dan memperbaharui nilai-nilai budaya untuk masyarakat yang lebih inklusif dan reflektif.
Penutupan acara dengan penampilan kolaboratif tidak sekadar menjadi momen simbolis, melainkan hadir sebagai bentuk nyata dari prinsip-prinsip seni yang menjunjung inklusivitas, kesetaraan, dan keberagaman ekspresi. Dalam konteks sosial budaya, keputusan artistik ini menggugah cara pandang kita terhadap struktur seni yang selama ini acap kali dikotomis antara yang senior dan junior, klasik dan kontemporer, pusat dan pinggiran. Namun pada pementasan ini, semua kategori larut dalam semangat kolektif, menunjukkan bahwa esensi seni bukan pada pembagian peran, melainkan pada penyatuan suara.
Penampilan kolaboratif menghapus jarak antara pengisi acara. Mahasiswa, pelaku UMKM, seniman lokal, hingga penonton yang turut menyumbang energi emosional, semuanya menjadi bagian dari “peristiwa kebudayaan” yang transformasional. Ini bukan hanya soal tampil bersama, tetapi tentang menghadirkan ruang di mana setiap individu diberi tempat untuk memaknai ulang peran mereka dalam membangun narasi kebersamaan. Kita melihat semangat gotong royong dalam bentuk yang lebih menarik yakni melalui praktik artistik yang saling mendukung dan membangun koneksi.
Penampilan akhir tersebut juga dapat ditafsir sebagai koreografi sosial yang penuh makna: gerak tubuh yang saling bersambut, warna kostum yang beragam namun serasi, dan musik yang melebur berbagai genre menciptakan harmoni yang bukan hanya auditori tapi juga spiritual. Dalam momen tersebut, seni menjadi bahasa yang menyuarakan harapan kolektif untuk masa depan yang lebih terbuka, manusiawi, dan berakar pada nilai kebudayaan. Kebersamaan ini mencerminkan prinsip-prinsip kesatuan dalam konteks sosial budaya bahwa segala keragaman berasal dari satu sumber, dan justru melalui interaksi serta koherensi kita memuliakan keberadaan yang esa.
Model pentas yang ditutup dengan kolaborasi lintas entitas ini dapat menjadi teladan bagi gerakan kebudayaan baru di ruang-ruang pendidikan tinggi. Bukan sekadar pertunjukan akhir, tapi pernyataan: bahwa generasi muda sanggup merancang ruang-ruang kebudayaan yang tidak elitis dan tidak eksklusif. Mereka mengajukan alternatif terhadap praktik-praktik formal yang sering memisahkan estetika dari empati sosial. Sebaliknya, melalui seni, mereka menyatukan komunitas dan menyemaikan nilai-nilai budaya yang hidup, tidak dogmatis, dan relevan dengan kondisi masyarakat hari ini. (Js)
Belum ada Komentar untuk "Pentas Seni Mahasiswa Sidoarjo: Panggung Ekspresi dan Kolaborasi Antargenerasi"
Posting Komentar