-->
Loading...

Prabowo Menghimbau mengibarkan Merah putih kok Masyarakat Malah Mengibarkan bendera Bajak Laut Topi Jerami?

 


45news.id - Menjelang peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-80, sebuah fenomena sosial yang unik sekaligus kontroversial tengah mengguncang ruang publik dan media sosial. Di berbagai daerah, terutama Jawa Tengah dan Jawa Timur, masyarakat mulai menggantikan atau mendampingi bendera Merah Putih dengan bendera bajak laut dari anime One Piece, yakni Jolly Roger kru Topi Jerami. Fenomena ini muncul tak lama setelah Presiden Prabowo Subianto secara resmi mengimbau seluruh rakyat Indonesia untuk mengibarkan bendera Merah Putih sepanjang bulan Agustus sebagai bentuk penghormatan terhadap perjuangan para pahlawan dan semangat nasionalisme. Dalam pidatonya di Istana Negara pada 23 Juli 2025, Prabowo menyatakan, “Kibarkan Merah Putih di rumah, di sekolah, di kantor-kantor, ruang-ruang publik di manapun berada. Merah darah yang dikeluarkan untuk kita merdeka. Putih kesucian jiwa kita”.

Namun, imbauan tersebut justru memicu respons yang tak terduga. Di TikTok, Instagram, dan YouTube, ribuan video memperlihatkan truk-truk besar, rumah warga, dan kendaraan pribadi yang dihiasi bendera Jolly Roger. Bahkan, dalam banyak kasus, bendera Merah Putih tidak dikibarkan sama sekali. Narasi-narasi seperti “Maafkan kami Jenderal, tahun ini kami tidak pasang Merah Putih” menjadi viral dan menyentuh jutaan penonton. Komentar-komentar di media sosial menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat mendukung aksi ini, bahkan menyebutnya sebagai bentuk “kemerdekaan baru” yang lebih jujur dan relevan dengan kondisi sosial saat ini.

Bendera One Piece, dalam dunia fiksi, bukan sekadar lambang bajak laut. Ia adalah simbol kebebasan, perlawanan terhadap sistem yang korup, dan solidaritas antar kru yang berjuang demi impian bersama. Filosofi ini dirasa lebih mewakili harapan dan keresahan masyarakat dibanding simbol formal negara. Banyak warga, terutama generasi muda dan sopir truk, merasa bahwa Merah Putih telah kehilangan makna karena tidak lagi merepresentasikan keadilan dan amanah. Mereka memilih Jolly Roger sebagai simbol alternatif yang mencerminkan keberanian, kejujuran, dan semangat perlawanan terhadap ketimpangan.

Fenomena ini memunculkan dilema etika nasionalisme. Secara hukum, Undang-Undang No. 24 Tahun 2009 mengatur bahwa bendera negara harus dikibarkan secara hormat dan tidak boleh ditempatkan sejajar atau di bawah bendera lain yang bukan lambang negara sahabat. Namun karena bendera One Piece bukan bendera negara, pengibaran di ruang privat masih menjadi wilayah abu-abu. Pemerintah belum mengeluarkan pernyataan resmi terkait fenomena ini, tetapi jika tren ini terus bergulir, bisa terjadi pergeseran simbolik yang signifikan: dari Merah Putih sebagai lambang formal, ke Jolly Roger sebagai lambang emosional dan ideologis.

Pengibaran bendera One Piece sebagai bentuk kritik sosial bukanlah sekadar ekspresi fandom, melainkan cerminan keresahan kolektif yang dirasakan oleh sebagian masyarakat Indonesia. Di tengah ketimpangan ekonomi dan kebijakan yang dianggap tidak berpihak kepada rakyat kecil terutama dalam sektor transportasi seperti penindakan truk ODOL dan banyak warganet melihat simbol Jolly Roger sebagai representasi perlawanan yang lebih jujur dan emosional.

Berkaitan erat dengan polemik truk ODOL (Over Dimension Over Loading), di mana ribuan sopir truk melakukan aksi mogok dan blokade jalan sebagai bentuk protes terhadap kebijakan Zero ODOL 2026. Mereka merasa dijadikan kambing hitam oleh sistem yang tidak adil, dan pengibaran bendera One Piece menjadi simbol perlawanan terhadap ketidakadilan tersebut.Aksi ini disebut sebagai “sindiran diam” karena dilakukan tanpa demonstrasi atau provokasi, melainkan melalui simbol visual yang kuat dan familiar bagi generasi muda.

Dilansir dari tirto.id (https://tirto.id/bendera-one-piece-berkibar-jelang-hut-ri-ke-80-apa-filosofinya-he7x) budaya pop menilai bahwa penggunaan bendera bajak laut dari anime One Piece menjadi medium kreatif untuk menyuarakan kritik terhadap sistem sosial dan politik yang dianggap tidak adil. Dalam dunia fiksi, Jolly Roger bukan hanya lambang bajak laut, tetapi juga simbol kebebasan, solidaritas, dan keberanian untuk melawan sistem yang korup. Karakter Monkey D. Luffy dan kru Topi Jerami dikenal sebagai sosok yang menolak tunduk pada kekuasaan yang menindas, dan terus berlayar demi impian serta keadilan. Filosofi ini dirasa relevan oleh masyarakat yang merasa bahwa simbol negara seperti Merah Putih tidak lagi merepresentasikan harapan mereka. Simbol bajak laut ini kemudian menjadi representasi kebebasan, solidaritas, dan perlawanan. Di media sosial, narasi-narasi ini berkembang menjadi gerakan estetik sekaligus politik.

Fenomena ini memunculkan dilema etika nasionalisme. Secara hukum, Undang-Undang No. 24 Tahun 2009 mengatur bahwa bendera negara harus dikibarkan secara hormat dan tidak boleh ditempatkan sejajar atau di bawah bendera lain yang bukan lambang negara sahabat. Namun karena bendera One Piece bukan bendera negara, pengibaran di ruang privat masih menjadi wilayah abu-abu. Pemerintah belum mengeluarkan pernyataan resmi terkait fenomena ini, tetapi jika tren ini terus bergulir, bisa terjadi pergeseran simbolik yang signifikan: dari Merah Putih sebagai lambang formal, ke Jolly Roger sebagai lambang emosional dan ideologis.

Pengibaran bendera selain Merah Putih dalam konteks perayaan kemerdekaan memang menimbulkan dilema etika nasionalisme. Namun secara sosiologis, aksi ini mencerminkan jarak yang semakin melebar antara negara dan rakyatnya, serta pencarian makna kemerdekaan yang lebih jujur dan relevan. Bagi sebagian masyarakat, mengibarkan bendera One Piece bukan berarti anti-Indonesia, melainkan bentuk cinta yang sedang terluka.

Peristiwa yang Fenomenal ini diperkirakan akan terus meluas menjelang 17 Agustus, dengan dukungan publik yang semakin besar di media sosial. Banyak yang menyebutnya sebagai bentuk “kemerdekaan baru” bukan dari penjajah, tapi dari sistem yang dianggap tidak lagi merepresentasikan suara rakyat.

Namun di tengah semangat perlawanan ini, muncul pertanyaan mendalam: Apakah kita perlu sejauh itu menggantikan Merah Putih yang merupakan simbol sakral bangsa yang lahir dari darah dan pengorbanan para pejuang? Ada nilai historis dan spiritual dalam Merah Putih yang tak tergantikan oleh ikon manapun, bahkan yang paling populer sekalipun. Mengibarkan Jolly Roger di Hari Kemerdekaan bisa jadi bentuk ekspresi, tapi juga bisa mengaburkan makna dari perjuangan asli yang melahirkan kemerdekaan.

Narasi penengah ini mengajak kita untuk menyeimbangkan kritik dan kesadaran:"Kita boleh kecewa, kita boleh marah akan tetapi jangan sampai kehilangan rasa hormat terhadap warisan yang memberi kita nama sebagai sebuah bangsa."

Bendera Merah Putih bukan milik pemerintah semata; ia milik rakyat. Ia adalah janji bahwa kita akan terus berjuang memperbaiki sistem, bukan menggantikannya dengan fiksi. Maka, daripada mengganti simbol, mari kita berikan makna baru pada Merah Putih: sebagai lambang perjuangan yang terus diperbarui. Sebagai ajakan untuk mewarnai ulang kesadaran bangsa dengan kejujuran, keberanian, dan cinta yang tidak melukai. (Js)


Belum ada Komentar untuk "Prabowo Menghimbau mengibarkan Merah putih kok Masyarakat Malah Mengibarkan bendera Bajak Laut Topi Jerami?"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel